Surat: Apakah Tergantikan?

kartini-suratAPAKAH jaman sekarang masih ada yang berkirim surat? Iya, surat. Sebuah tulisan di atas kertas, lebih syahdu lagi jika ditulis dengan tangan. Saya duga sekarang sudah jarang orang melakukannya.

Jaman dulu, orang menuliskan surat untuk berbagai hal. Salah satunya untuk mengungkapkan apa yang menggelitik hati dan perasaannya. Seperti saat Vina Panduwinata menyanyikan Surat Cinta. Dengan suaranya yang bening melengking dia menyanyi: surat cintaku yang pertama// membikin hatiku berlomba// seperti melodi yang indah// kata-kata cintanya// padaku.Kata Vina dalam lagunya itu, surat yang dikirimkan untuknya telah membuat hatinya belomba. Bagaimana hati yang berlomba coba? Mungkin maksud pencipta lagu ini adalah rasa dag dig dug dalam hati seperti saat seseorang ikut berlomba: menang ataua kalah, akukah juaranya, piala itu untuk siapa, dan sebagainya, Walaupun “hati berlomba” tetapi surat juga mampu menghidupkan nada-nada yang enak dengar seperti melodi yang indah. Ungkapan yang luar biasa hanya untuk menggambarkan satu kata: cinta.

Pada masanya, surat ini dikirimkan secara tidak langsung dan langsung pada orang yang dituju. Surat yang dikirimkan tidak langsung biasanya menggunakan jasa pos. Disinilah peran penting Pak Pos. (Sampai sekarang saya masih heran kenapa disebut Pak Pos ya? Apa karena tidak ada perempuan yang menjadi tukang pos sehingga bisa disebut Bu Pos?) Pak Poslah yang membawa berita itu. Berapa banyak dari kita yang masih menggunakan jasa pos hari ini? Saya duga juga tidak banyak. Surat yang dikirimkan tidak langsung juga bisa dilakukan dengan cara dititipkan ke teman. Jadi ingat lagunya Potret yang berjudul Mak Comblang kalau begini. Itu si Melly Goeslaw rupanya jadi mak comblang yang diminta untuk mengantarkan surat cinta temannya kepada pujannya. Bukannya surat diantar eh malah dibuang sama dia karena penerima suratnya ganteng. Dan mak comblangnya terpikat. Lebih heroik lagi adalah surat yang diam-diam diletakkan di tempat tertentu dengan tujuan agar sampai ke orang yang bersangkutan. Biasanya pada anak remaja jaman dahulu itu dimasukkan dalam laci meja, tas, diselipkan di buku, dan sebagainya. Lalu dari jauh kita mengamati: sudah diterima atau belum, sudah dibaca atau belum, apa reaksinya setelah membaca surat, dan banyak lagi imaji yang muncul atas pengiriman surat itu. Pantaslah jika kemudian Dewa dengan lagu Kangen merasa cukup mengerti rasa kangen si pengirim ketika menerima surat dan membacanya. Tentunya bagi yang punya nyali cukup, surat akan diantarkan langsung kepada pujaan hatinya.

Itulah surat cinta, kertas yang berisikan tulisan guratan perasaan hati. Tentunya ada berbagai macam perasaan hati yang bisa dituangkan dalam sebuah surat. Tidak hanya melulu cinta, juga bisa rasa marah, benci, dan luapan ungkapan yang lain. Teknologi kertas telah mengantarkan manusia pada periode kemampuan menyimpan sejarah peristiwa dalam jangka waktu yang panjang. Surat-surat cinta (remaja) pun juga akan tersimpan rapi dalam kenangan tersendiri. Tidak hanya sekedar kertas dengan coretan saja, tetapi juga sebuah memorabilia. Surat inilah yang biasanya akan kita simpan entah di bawah tumpukan baju atau diselipkan dalam buku kita. Apalagi jika kertasnya adalah kertas pilihan warna warni dan wangi. Oh indahnya. Surat macam inilah yang membuat Heidy Diana tertawa ketika menerima surat cinta keduanya. Dalam lagu Surat Cinta, si penulis surat menyampaikan: Nona yang cantik jelita,// bila kau tak ada yang punya bolehkah aku membuka tirai cinta dalam hatimu?// Maka pantaslah jika Dewi Yull dalam Fatwa Pujangga mendendangkan: Kan kusimpan suratmu yang itu// Bak pusaka yang sangat bermutu// Walau kita tak pernah bersua, sayang// Cukup sudah tandamu setia.

Lagu-lagu ini mewakili gambaran yang sempurna tentang keberadaan surat dalam kemampuannya mewakili perasaan seseorang atas orang lain. Dalam banyak hal surat tentu juga bukan semata bercerita tentang kisah cinta kasih. Iwan Fals misalnya menuliskan lagu dengan judul Surat Buat Wakil Rakyat. Kata Iwan Fals surat itu ditujukan untuk mereka yang duduk sambil diskusi, mereka yang biasa bersafari. Dan di gedung DPR. Ya mereka wakil rakyat itu. Surat yang ditulis eh dinyanyikan oleh Iwan Fals ini ditujukan karena wakil rakyat dianggap tidak lagi menjadi representasi kepentingan rakyat. Apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Surat ini bentuk protes. Ada ungkapan kecewa dan marah dalam surat itu. Inilah kepiawaian surat untuk menjadi media artikulasi perasaan seseorang atau banyak orang atas suatu hal kepada orang lain. Namun seiring perkembangan jaman (ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju) peran surat pelan-pelan tergeser. Untuk soal rayu merayu atau bergombal ria, surat tergantikan oleh surat masa singkat (short messages service/sms). Walaupun pada awalnya hanya terbatas pada 160 karakter, tetapi teknologi telepon genggam dan pintar sekarang telah mampu melampaui angka 160 karakter untuk sekali pengiriman sms. Apalagi sekarang ada banyak layanan untuk penyampai pesan singkat semacam sms ini. Ada blackberry messenger (BBM) yang awalnya merupakan aplikasi berbasis pada teknologi Blackberry tetapi sekarang hampir semua telepon pintar bisa dipakai untuk layanan ini. Juga ada WhatsApp, Line, dan banyak lagi. Rayu-rayu gombal dengan mudah bisa tersampaikan dengan aplikasi teknologi ini. Seseorang tidak perlu susah payah merangkai-rangkai kata atau berimaji atas suatu hal yang hendak digambarkan pada seseorang yang dipujanya. Untuk ungkapan perasaan yang agak panjang, orang pun difasilitasi dengan email. Bahkan untuk hal-hal resmi seperti lamaran kerja dan sebagainya seseorang bisa menggunakan surat elektronik (surel/email). Dan teknologi layanan surel pun sekarang disertai dengan kemampuan adanya lampiran (attachment). Bahkan untuk penggalangan dukungan atas suatu hal pun dengan mudah orang bisa menggunakan layanan change.org.

Jaman telah berkembang dengan luar biasa, sehingga orang sedemikian manja dengan segala kemudahan yang ditawarkan. Apa yang tidak mudah jaman sekarang ini? Akan tetapi surat bagaimana pun tidak mudah tergantikan dengan semua kepraktisan media yang ada. Surat mengajarkan orang untuk terampil menulis dan mengeja kata. Sehingga kemampuan remaja sekarang dalam mengimajikan ungkapan rasa sedemikian dangkal. Daya pemujaan selesai dengan 160 karakter atau simbol-simbol dalam perangkat pintar teknologi mereka. Pemujaan atas seorang yang dicintai sedemikian datar dan hambar. Kemampuan berbahasa inilah yang sering kali membuat orang seorang sedemikian gagap memahami logika dalam kalimat. Dan lebih parahnya lupa bahwa dalam setiap kata dan kalimat yang terungkap ada konteks yang dibawanya. Mana ada kata dan kalimat begitu merdeka sehingga bisa lepas dari kenyataan yang disandangnya sebagai pakaian? Surat (tulisan) bagaimana pun tetap merupakan jejak yang patut dikenang sebagai kemampuan manusia menuangkan cipta, rasa dan kersanya. Kita tentu ingat surat-surat Raden Ajeng Kartini pada Mr. J.H. Abendanon yang kemudian dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang. Berapa usia surat itu sampai hari ini? Kurang lebih 216 tahun jika surat pertama Kartini kepada Abendanon adalah Agustus 1899. Lebih dari dua abad dan surat itu tetap dikenang. Sehinggga sampai hari ini kita masih saja tahu ada salah satu surat Kartini dengan kutipan yang luar biasa: “kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya”.

Surat punya kemampuan untuk disimpan dan dikenang. Kemampuan yang tak bisa tergantikan oleh teknologi apapun. Sangat sulit membayangkan kita akan menemukan sms atau surel yang berisi ungkapan seseorang yang sedemikian memuja kita dengan tiba-tiba. Sulit. Tetapi surat dari kertas yang terlipat dan tersimpan rapi kadang tanpa sengaja jatuh dari tumpukan baju kita di dalam lemari, atau tiba-tiba mencuat keluar dari laci meja rias kita. Ah, sungguh rasa itu akan membuncah haru sedih atau haru bahagia ketika menemukan surat-surat itu. Itulah surat cinta. Surat yang di dalamnya bukan hanya berisi tentang kata-kata tetapi juga tentang ingatan atas sebuah peristiwa. Ingatan masa lalu inilah yang tidak bisa kita tuntun ke lusa yang kita bisa merawatnya. Sehingga ketika rasa cinta hanya dianggap sebagai karena ketiadaan cinta yang lain itu menjadi seperti sebuah arca yang dipajang di tengah kota karena patung yang lain tidak ada dan tidak layak digunakan. Mari bersurat lagi. [Kota Untung Suropati, 16 Agustus 2015]

Leave a comment